CARA MENDESAIN MEDIA BIMBINGAN DAN KONSELING MENGGUNAKAN CANVA
Bimbingan dan Konseling Pendidikan Islam, Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan, Institut Agama Islam Negeri Kerinci
Media bimbingan dan konseling yang
estetik dan menarik sangat penting dalam meningkatkan keterlibatan siswa. Dalam
konteks pendidikan, penggunaan media visual yang efektif dapat membantu
menyampaikan informasi dengan cara yang lebih menarik dan mudah dipahami.
Seperti yang diungkapkan oleh Djamaris (2016), "Penggunaan media yang
tepat dalam bimbingan dan konseling dapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap
materi yang disampaikan". Oleh karena itu, mendesain media bimbingan dan
konseling yang estetik menggunakan aplikasi seperti Canva menjadi sangat
relevan.
Canva adalah alat desain grafis yang
memungkinkan pengguna untuk membuat berbagai jenis media dengan mudah. Dengan
antarmuka yang intuitif dan beragam template yang tersedia, Canva memudahkan
konselor untuk menciptakan materi yang tidak hanya informatif tetapi juga
menarik secara visual. Menurut Mayer (2009), "Media visual yang baik dapat
meningkatkan proses pembelajaran dan membantu siswa dalam memahami informasi
dengan lebih baik". Hal ini menunjukkan bahwa desain yang estetik tidak
hanya berfungsi untuk menarik perhatian, tetapi juga berkontribusi pada
efektivitas pembelajaran.
Dalam mendesain media bimbingan dan
konseling, penting untuk mempertimbangkan beberapa aspek, seperti tujuan media,
pemilihan template, dan penggunaan elemen visual yang mendukung. Dengan
mengikuti langkah-langkah yang sistematis dan memperhatikan aturan penulisan
yang baik, konselor dapat menciptakan media yang dapat meningkatkan
keterlibatan siswa dalam sesi bimbingan dan konseling.
Langkah-langkah Mendesain Media
1. Tentukan Tujuan Media
Menentukan
tujuan media bimbingan dan konseling adalah langkah awal yang krusial dalam
proses desain. Tujuan yang jelas akan membantu konselor dalam memilih konten
yang tepat dan menentukan format media yang paling efektif. Dalam konteks
bimbingan dan konseling, tujuan media dapat bervariasi, seperti: Media
dapat digunakan untuk menyampaikan informasi penting mengenai layanan
bimbingan, seperti jadwal sesi, topik yang akan dibahas, atau sumber daya yang
tersedia bagi siswa. Menurut Djamaris (2016), "Informasi yang disampaikan
dengan jelas dan menarik dapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap layanan
yang tersedia".
Media juga
dapat berfungsi untuk meningkatkan kesadaran siswa tentang isu-isu tertentu,
seperti kesehatan mental, bullying, atau pentingnya pendidikan. Penggunaan
elemen visual yang menarik dapat membantu menarik perhatian siswa dan mendorong
mereka untuk lebih peduli terhadap isu-isu tersebut. Media
yang dirancang dengan baik dapat menjadi alat untuk memfasilitasi diskusi dalam
sesi bimbingan. Misalnya, infografis atau poster dapat digunakan sebagai titik
awal untuk diskusi kelompok, memungkinkan siswa untuk berbagi pandangan dan
pengalaman mereka.
Dengan
menetapkan tujuan yang jelas, konselor dapat lebih fokus dalam mendesain media
yang sesuai dan efektif. Hal ini sejalan dengan pendapat Mayer (2009) yang
menyatakan bahwa "Media yang dirancang dengan baik dapat meningkatkan
keterlibatan siswa dan membantu mereka dalam memahami informasi dengan lebih
baik". Oleh karena itu, pemahaman yang mendalam tentang tujuan media akan
berkontribusi pada keberhasilan sesi bimbingan dan konseling.
2.
Pilih Template
yang Sesuai
Setelah
menentukan tujuan media, langkah selanjutnya adalah memilih template yang
sesuai. Template yang tepat akan membantu menyampaikan pesan dengan lebih
efektif dan menarik perhatian siswa. Canva menyediakan berbagai pilihan
template yang dapat disesuaikan dengan tema bimbingan dan konseling. Berikut
adalah beberapa pertimbangan dalam memilih template: Pilih
template yang sesuai dengan tema bimbingan dan konseling yang akan disampaikan.
Misalnya, jika media tersebut berkaitan dengan kesehatan mental, pilihlah
template yang memiliki elemen visual yang mendukung tema tersebut, seperti
gambar yang menenangkan atau warna yang lembut.
Pastikan
template yang dipilih memiliki desain yang memudahkan pembaca untuk memahami
informasi. Menurut Tohirin (2015), "Keterbacaan teks sangat penting dalam
media bimbingan dan konseling agar informasi dapat diterima dengan baik oleh
siswa". Oleh karena itu, pilihlah template dengan kontras warna yang baik
antara latar belakang dan teks.Pilih template yang memungkinkan penyesuaian
mudah. Canva memungkinkan pengguna untuk mengubah elemen desain, seperti warna,
font, dan gambar. Hal ini penting agar konselor dapat menyesuaikan media sesuai
dengan kebutuhan spesifik dan preferensi audiens.
Template yang
menarik secara visual dapat meningkatkan minat siswa. Menurut Mulyadi (2018),
"Desain yang menarik dapat meningkatkan motivasi siswa untuk terlibat
dalam proses bimbingan dan konseling". Oleh
karena itu, pilihlah template yang memiliki elemen desain yang harmonis dan
estetis. Hindari template yang terlalu rumit atau penuh dengan elemen yang
tidak perlu. Desain yang sederhana dan bersih akan lebih mudah dipahami dan
lebih efektif dalam menyampaikan pesan. Sebagaimana dinyatakan oleh Prayitno (2017),
"Kesederhanaan dalam desain membantu siswa untuk fokus pada informasi yang
disampaikan". Dengan mempertimbangkan
faktor-faktor di atas, konselor dapat memilih template yang tidak hanya menarik
tetapi juga efektif dalam menyampaikan informasi kepada siswa.
3.
Gunakan Elemen
Visual yang Mendukung
Penggunaan
elemen visual yang tepat dalam media bimbingan dan konseling sangat penting
untuk meningkatkan daya tarik dan efektivitas penyampaian informasi. Elemen
visual dapat mencakup gambar, grafik, ikon, dan warna yang dipilih dengan
cermat. Berikut adalah beberapa pertimbangan dalam menggunakan elemen visual: Pilih
gambar yang mendukung pesan yang ingin disampaikan. Gambar yang relevan dapat
membantu siswa memahami konteks informasi dengan lebih baik. Menurut Sudjana
(2017), "Gambar yang sesuai dapat memperkuat pemahaman siswa terhadap
materi yang disampaikan". Menggunakan grafik atau diagram
dapat membantu menyajikan data atau informasi kompleks dengan cara yang lebih
sederhana dan mudah dipahami. Sebagaimana dinyatakan oleh Arsyad (2013),
"Grafik dan diagram dapat mempermudah siswa dalam mencerna informasi yang
bersifat numerik atau statistik".
Ikon dapat
digunakan untuk menggantikan teks dan memberikan visualisasi yang cepat
terhadap ide atau konsep. Menurut Rahardjo (2018), "Penggunaan ikon yang
tepat dapat membantu siswa dalam mengingat informasi dengan lebih baik". Warna
memiliki dampak psikologis yang kuat dan dapat mempengaruhi suasana hati serta
perhatian siswa. Menurut Hidayati (2019), "Warna yang cerah dapat menarik
perhatian siswa, sementara warna yang lembut dapat menciptakan suasana yang
tenang". Oleh karena itu, penting untuk memilih palet warna yang sesuai
dengan tema dan tujuan media. Pastikan elemen visual yang
digunakan konsisten di seluruh media. Konsistensi dalam penggunaan font, warna,
dan gaya gambar akan membantu menciptakan identitas visual yang kuat dan
memudahkan siswa dalam mengikuti informasi yang disampaikan. Menurut Sari
(2020), "Konsistensi dalam desain membantu siswa untuk lebih fokus pada
konten tanpa terganggu oleh perubahan visual yang tidak perlu". Dengan
memperhatikan penggunaan elemen visual yang mendukung, konselor dapat
menciptakan media bimbingan dan konseling yang tidak hanya menarik tetapi juga
efektif dalam menyampaikan informasi kepada siswa.
4.
Sesuaikan
Konten dengan Audiens
Menyesuaikan
konten media bimbingan dan konseling dengan audiens adalah langkah penting
untuk memastikan bahwa informasi yang disampaikan relevan dan dapat diterima
dengan baik oleh siswa. Berikut adalah beberapa aspek yang perlu
dipertimbangkan dalam menyesuaikan konten: Setiap
kelompok siswa memiliki karakteristik yang berbeda, termasuk usia, latar
belakang, dan kebutuhan. Menurut Santosa (2020), "Memahami karakteristik
audiens sangat penting untuk menyusun konten yang sesuai dan menarik bagi
mereka". Dengan mengetahui siapa audiensnya, konselor dapat menyesuaikan
bahasa dan gaya penyampaian yang tepat. Konten
harus disampaikan dengan bahasa yang mudah dipahami. Penggunaan istilah teknis
atau jargon yang sulit dapat membuat siswa merasa bingung. Menurut Hidayah
(2018), "Bahasa yang sederhana dan jelas akan membantu siswa dalam
memahami informasi dengan lebih baik".
Konten yang disampaikan harus relevan dengan kebutuhan dan masalah yang dihadapi siswa. Misalnya, jika siswa sedang menghadapi ujian, konten yang berkaitan dengan manajemen stres atau teknik belajar akan lebih bermanfaat. Sebagaimana dinyatakan oleh Prasetyo (2019), "Konten yang relevan dengan kebutuhan siswa akan meningkatkan minat dan keterlibatan mereka dalam sesi bimbingan". Menggunakan contoh yang familiar dan dekat dengan pengalaman siswa dapat membantu mereka lebih mudah memahami dan mengaitkan informasi yang disampaikan. Menurut Wulandari (2021), "Contoh yang relevan dengan kehidupan sehari-hari siswa dapat meningkatkan pemahaman dan retensi informasi". Mengajak siswa untuk berpartisipasi dalam diskusi atau kegiatan interaktif dapat meningkatkan keterlibatan mereka. Menurut Sari (2020), "Partisipasi aktif siswa dalam proses bimbingan dapat meningkatkan motivasi dan pemahaman mereka terhadap materi". Dengan menyesuaikan konten media bimbingan dan konseling dengan audiens, konselor dapat menciptakan pengalaman yang lebih bermakna dan efektif bagi siswa.
5.
Pilih Palet
Warna yang Menarik
Pemilihan palet
warna yang tepat dalam desain media bimbingan dan konseling sangat penting
karena warna dapat mempengaruhi suasana hati, perhatian, dan pemahaman siswa
terhadap informasi yang disampaikan. Berikut adalah beberapa aspek yang perlu
dipertimbangkan dalam memilih palet warna: Setiap
warna memiliki makna dan efek psikologis yang berbeda. Misalnya, warna biru
sering diasosiasikan dengan ketenangan dan kepercayaan, sementara warna merah
dapat menimbulkan rasa urgensi atau perhatian. Menurut Hidayati (2019),
"Warna memiliki dampak emosional yang kuat dan dapat mempengaruhi cara
siswa merespons informasi". Oleh karena itu, penting untuk memilih warna
yang sesuai dengan pesan yang ingin disampaikan. Menggunakan
kombinasi warna yang harmonis dapat meningkatkan daya tarik visual media. Warna
yang saling melengkapi dapat menciptakan kesan yang menyenangkan dan memudahkan
siswa dalam mencerna informasi. Menurut Santosa (2020), "Kombinasi warna
yang baik dapat menciptakan kesan estetis yang menarik dan membuat informasi
lebih mudah diingat".
Pastikan ada
kontras yang cukup antara teks dan latar belakang. Kontras yang baik akan
meningkatkan keterbacaan dan memastikan bahwa informasi dapat dibaca dengan
jelas. Sebagaimana dinyatakan oleh Prasetyo (2019), "Kontras yang tepat
antara elemen visual sangat penting untuk memastikan bahwa informasi dapat
diakses dan dipahami dengan mudah". Gunakan
palet warna yang konsisten di seluruh media. Konsistensi dalam penggunaan warna
akan membantu menciptakan identitas visual yang kuat dan memudahkan siswa dalam
mengikuti informasi yang disampaikan. Menurut Mulyadi (2018), "Konsistensi
warna dalam desain membantu siswa untuk lebih fokus pada konten tanpa terganggu
oleh perubahan visual yang tidak perlu". Sebelum
finalisasi desain, lakukan uji coba dengan audiens kecil untuk mendapatkan
umpan balik mengenai pilihan warna. Hal ini dapat membantu konselor memahami
bagaimana siswa merespons warna yang digunakan. Menurut Wulandari (2021),
"Umpan balik dari audiens dapat memberikan wawasan berharga tentang
efektivitas desain dan pilihan warna". Dengan
mempertimbangkan aspek-aspek di atas, konselor dapat memilih palet warna yang
tidak hanya menarik tetapi juga mendukung tujuan media bimbingan dan konseling.
6.
Gunakan Font
yang Mudah Dibaca
Pemilihan font
yang tepat dalam desain media bimbingan dan konseling sangat penting untuk
memastikan bahwa informasi dapat dibaca dengan jelas dan mudah dipahami oleh
siswa. Berikut adalah beberapa pertimbangan dalam memilih font: Font
yang mudah dibaca sangat penting dalam menyampaikan informasi. Font sans-serif
seperti Arial atau Helvetica sering direkomendasikan karena memiliki bentuk
huruf yang lebih sederhana dan lebih mudah dibaca di layar. Menurut Mulyadi (2018),
"Penggunaan font yang jelas dan sederhana dapat meningkatkan keterbacaan
teks, sehingga informasi dapat diserap dengan lebih baik oleh pembaca". Ukuran
font juga berpengaruh pada keterbacaan. Font yang terlalu kecil dapat membuat
siswa kesulitan membaca, sedangkan font yang terlalu besar dapat mengganggu
tata letak. Sebagaimana dinyatakan oleh Prasetyo (2019), "Ukuran font yang
ideal biasanya berkisar antara 12 hingga 14 poin untuk teks utama, sementara
judul dapat menggunakan ukuran yang lebih besar untuk menarik perhatian".
Menggunakan
jenis font yang konsisten di seluruh media membantu menciptakan kesan
profesional dan memudahkan siswa dalam mengikuti informasi. Menurut Hidayati
(2019), "Konsistensi dalam penggunaan font tidak hanya memperkuat
identitas visual tetapi juga membantu siswa untuk lebih fokus pada konten yang
disampaikan". Menggunakan terlalu banyak jenis
font dalam satu media dapat membuat desain terlihat kacau dan sulit dipahami.
Sebaiknya, batasi penggunaan font menjadi dua atau tiga jenis yang berbeda.
Santosa (2020) menyatakan bahwa "Terlalu banyak variasi font dapat
mengalihkan perhatian siswa dari informasi yang penting". Sebelum
finalisasi desain, penting untuk melakukan uji coba dengan audiens untuk
mendapatkan umpan balik mengenai pilihan font. Hal ini dapat membantu konselor
memahami bagaimana siswa merespons font yang digunakan. Wulandari (2021)
menekankan bahwa "Umpan balik dari audiens sangat berharga dalam
menentukan efektivitas desain dan pilihan font". Dengan
mempertimbangkan faktor-faktor di atas, konselor dapat memilih font yang tidak
hanya menarik tetapi juga mendukung tujuan media bimbingan dan konseling.
7.
Gunakan Gambar
dan Grafik yang Relevan
Penggunaan
gambar dan grafik dalam media bimbingan dan konseling sangat penting untuk
meningkatkan pemahaman dan menarik perhatian siswa. Berikut adalah beberapa
alasan dan cara untuk menggunakan gambar dan grafik secara efektif: Gambar
dan grafik dapat membantu menjelaskan konsep yang kompleks dengan cara yang
lebih sederhana. Menurut Prasetyo (2019), "Visualisasi informasi melalui
gambar dan grafik dapat memperjelas pesan yang ingin disampaikan, sehingga
siswa lebih mudah memahami materi". Media
yang kaya visual cenderung lebih menarik bagi siswa. Gambar yang relevan dapat
menarik perhatian dan membuat siswa lebih terlibat dengan materi. Mulyadi
(2018) menyatakan bahwa "Penggunaan elemen visual yang menarik dapat
meningkatkan minat siswa dan membuat mereka lebih fokus pada informasi yang
disajikan". Setiap siswa memiliki gaya belajar
yang berbeda. Beberapa siswa lebih mudah memahami informasi melalui visual
daripada teks. Hidayati (2019) mencatat bahwa "Dengan menyediakan berbagai
jenis media, termasuk gambar dan grafik, konselor dapat memenuhi kebutuhan
berbagai gaya belajar siswa".
Grafik dan
diagram dapat menyajikan data dengan cara yang lebih ringkas dan mudah
dipahami. Santosa (2020) menekankan bahwa "Grafik dapat menyederhanakan
informasi numerik yang kompleks, sehingga siswa dapat dengan cepat memahami
tren dan pola". Gambar yang tepat dapat memperkuat
pesan yang ingin disampaikan dalam media. Wulandari (2021) menyatakan bahwa
"Gambar yang relevan dan berkualitas tinggi dapat menambah kredibilitas
informasi dan membantu siswa mengingat materi lebih baik". Pastikan
gambar dan grafik yang digunakan memiliki resolusi yang baik dan tidak kabur.
Gambar berkualitas rendah dapat mengurangi profesionalisme media. Menurut
Prasetyo (2019), "Kualitas visual sangat penting dalam menciptakan kesan
positif terhadap media yang digunakan". Dengan mempertimbangkan faktor-faktor di atas, konselor dapat
menggunakan gambar dan grafik secara efektif untuk meningkatkan kualitas media
bimbingan dan konseling yang mereka buat.
8.
Tinjau dan
Sesuaikan
Tinjauan dan
penyesuaian adalah langkah penting dalam proses desain media bimbingan dan
konseling. Setelah menyelesaikan desain awal, penting untuk melakukan evaluasi
untuk memastikan bahwa media tersebut efektif dan sesuai dengan tujuan yang
telah ditetapkan. Berikut adalah beberapa langkah yang dapat diambil dalam
proses ini: Periksa apakah teks dapat dibaca dengan jelas. Pastikan ukuran
font, jenis font, dan kontras warna antara teks dan latar belakang memadai.
Menurut Hidayati (2019), "Keterbacaan adalah faktor kunci dalam desain
media, karena informasi yang tidak dapat dibaca tidak akan efektif". Mintalah
umpan balik dari rekan kerja atau profesional lain dalam bidang bimbingan dan
konseling. Umpan balik ini dapat memberikan perspektif baru dan membantu
mengidentifikasi area yang perlu diperbaiki. Santosa (2020) menyatakan bahwa
"Umpan balik dari orang lain dapat membantu memperbaiki desain dan
memastikan bahwa informasi disampaikan dengan cara yang paling efektif".
Sebelum
finalisasi, lakukan uji coba dengan sekelompok siswa untuk melihat bagaimana
mereka merespons media tersebut. Observasi langsung dapat memberikan wawasan
berharga tentang efektivitas desain. Menurut Prasetyo (2019), "Melibatkan
audiens dalam proses evaluasi dapat membantu dalam memahami bagaimana mereka
berinteraksi dengan media yang disajikan". Setelah
mengumpulkan umpan balik, lakukan penyesuaian yang diperlukan. Ini bisa
mencakup perubahan pada teks, gambar, atau elemen desain lainnya untuk meningkatkan
daya tarik dan efektivitas media. Mulyadi (2018) menekankan bahwa "Proses
revisi adalah bagian penting dari desain yang tidak boleh diabaikan, karena
dapat meningkatkan kualitas akhir dari media". Setelah
semua penyesuaian dilakukan, finalisasi desain dan pastikan semua elemen
berfungsi dengan baik. Periksa kembali semua informasi untuk memastikan tidak
ada kesalahan ketik atau informasi yang hilang. Wulandari (2021) menyatakan
bahwa "Finalisasi adalah langkah terakhir yang penting untuk memastikan bahwa
media siap digunakan dan memenuhi semua kriteria yang ditetapkan". Dengan
melakukan tinjauan dan penyesuaian secara menyeluruh, konselor dapat memastikan
bahwa media bimbingan dan konseling yang dihasilkan tidak hanya menarik tetapi
juga efektif dalam menyampaikan informasi kepada siswa.
Kesimpulan
Dengan memanfaatkan aplikasi Canva,
konselor dapat mendesain media bimbingan dan konseling yang estetik dan
efektif. Hal ini tidak hanya akan meningkatkan minat siswa, tetapi juga
membantu mereka dalam memahami informasi yang disampaikan dengan lebih baik. Menentukan
tujuan media adalah langkah penting dalam proses desain. Dengan tujuan yang
jelas, konselor dapat menciptakan media yang tidak hanya informatif tetapi juga
menarik dan relevan bagi siswa. Memilih template yang sesuai adalah
langkah penting dalam mendesain media bimbingan dan konseling. Dengan template
yang tepat, konselor dapat menciptakan materi yang menarik dan mudah dipahami,
sehingga dapat meningkatkan keterlibatan siswa dalam sesi bimbingan. Penggunaan
elemen visual yang tepat sangat penting dalam mendesain media bimbingan dan
konseling. Dengan gambar, grafik, ikon, dan warna yang sesuai, konselor dapat
meningkatkan keterlibatan siswa dan membantu mereka memahami informasi dengan
lebih baik. Menyesuaikan konten dengan audiens adalah langkah penting dalam
desain media bimbingan dan konseling. Dengan memahami karakteristik siswa,
menggunakan bahasa yang sederhana, dan menyajikan informasi yang relevan,
konselor dapat meningkatkan keterlibatan dan pemahaman siswa terhadap materi
yang disampaikan.
Pemilihan palet warna yang tepat
adalah langkah penting dalam mendesain media bimbingan dan konseling. Dengan
memahami psikologi warna, menggunakan kombinasi yang harmonis, dan memastikan
kontras yang cukup, konselor dapat menciptakan materi yang menarik dan efektif
dalam menyampaikan informasi kepada siswa. Pemilihan
font yang tepat adalah langkah penting dalam mendesain media bimbingan dan
konseling. Dengan memperhatikan keterbacaan, ukuran, konsistensi, dan
menghindari penggunaan font yang berlebihan, konselor dapat menciptakan materi
yang efektif dalam menyampaikan informasi kepada siswa. Penggunaan
gambar dan grafik yang relevan dalam media bimbingan dan konseling tidak hanya
meningkatkan pemahaman siswa tetapi juga menarik perhatian mereka. Dengan
memilih elemen visual yang tepat, konselor dapat menciptakan materi yang lebih
efektif dan menarik. Tinjauan dan penyesuaian adalah
langkah penting dalam proses desain media bimbingan dan konseling. Dengan
mengevaluasi keterbacaan, meminta umpan balik, dan melakukan uji coba dengan
audiens, konselor dapat meningkatkan kualitas dan efektivitas media yang mereka
buat.
Daftar Pustaka
Arsyad, A. (2013). Media Pembelajaran. Jakarta: Rajawali Pers.
Djamaris, A. (2016). Cara Mudah Penulisan Karya Ilmiah dengan Microsoft
Word 2010. Jakarta: UBpress.
Hidayati, N. (2019). Psikologi Warna dalam Desain Grafis.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Hidayah, I. (2018). Pentingnya Bahasa Sederhana dalam Pemberian Materi
Pembelajaran. Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran, 12(1), 45-53.
Mulyadi, M. (2018). Desain Media Pembelajaran yang Menarik dan Efektif.
Bandung: Alfabeta.
Prasetyo, B. (2019). Strategi Penyampaian Materi yang Relevan bagi
Siswa. Jurnal Bimbingan dan Konseling, 15(2), 75-82.
Prayitno, S. (2017). Desain Grafis untuk Pendidikan. Surabaya:
Semeru.
Rahardjo, D. (2018). Penggunaan Ikon dalam Media Pembelajaran.
Jurnal Desain dan Komunikasi Visual, 3(1), 22-30.
Santosa, R. (2020). Memahami Karakteristik Audiens dalam Pendidikan.
Jurnal Pendidikan dan Sosialisasi, 8(3), 89-97.
Sari, R. (2020). Partisipasi Aktif Siswa dalam Proses Pembelajaran.
Jurnal Pendidikan dan Psikologi, 5(4), 150-158.
Sudjana, N. (2017). Dasar-Dasar Media Pembelajaran. Jakarta: Sinar
Grafika.
Tohirin, A. (2015). Keterbacaan Teks dalam Media Pembelajaran.
Jurnal Linguistik dan Sastra, 10(2), 34-40.
Wulandari, L. (2021). Penggunaan Contoh dalam Pemberian Materi
Pembelajaran. Jurnal Pendidikan dan Inovasi, 6(1), 65-72.