E-COMMUNICATION DI SEKOLAH: JEMBATAN DIGITAL UNTUK BELAJAR DAN KOMUNIKASI
Bimbingan dan Konseling Pendidikan Islam, Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan, Institut Agama Islam Negeri Kerinci
Di era digital yang terus berkembang, dunia pendidikan juga mengalami transformasi besar. Salah satu perubahan signifikan adalah cara berkomunikasi di lingkungan sekolah yang kini mulai bergeser ke arah digital. E-communication (komunikasi elektronik) telah menjadi jembatan utama yang menghubungkan siswa, guru, dan orang tua dalam sistem pendidikan modern. Artikel ini akan membahas bagaimana e-communication diterapkan di sekolah, manfaatnya bagi proses pembelajaran, tantangan yang dihadapi, serta perannya dalam membangun komunitas pendidikan yang lebih efektif.
Apa
Itu E-Communication di Sekolah
E-communication
dalam konteks sekolah merujuk pada penggunaan perangkat digital dan jaringan
internet untuk memfasilitasi komunikasi antar elemen pendidikan guru, siswa,
dan orang tua. Komunikasi ini bisa berupa email, grup WhatsApp, platform
e-learning seperti Google Classroom, atau aplikasi pembelajaran interaktif.
Sherry Turkle (2011:15) menyatakan bahwa “teknologi memungkinkan kita untuk
terhubung dengan cara yang sebelumnya tidak mungkin,” yang kini terlihat jelas
dalam dunia pendidikan.
Manfaat
E-Communication bagi Sekolah
1.
Efisiensi dan Kecepatan Informasi
Pengumuman
penting seperti jadwal ujian, tugas rumah, atau perubahan kegiatan sekolah
dapat disampaikan secara instan melalui e-komunikasi. Clay Shirky (2008:27)
menegaskan, “Ketika kita menghilangkan batasan waktu dan ruang, kita dapat
berkolaborasi dengan lebih efisien.”
2.
Keterlibatan Orang Tua yang Lebih Aktif
Dengan
e-communication, orang tua bisa mengikuti perkembangan anak mereka secara
real-time, termasuk nilai akademik, kehadiran, dan perilaku. Ini memperkuat
sinergi antara rumah dan sekolah
3.
Mendukung Pembelajaran Jarak Jauh
Saat pandemi COVID-19 melanda, e-communication menjadi penyelamat pendidikan. Platform seperti Zoom dan Google Meet menjadi ruang kelas virtual yang memungkinkan kegiatan belajar tetap berjalan. Salman Khan menyebut, “Teknologi dapat mendemokratisasi pendidikan.”
4.
Mendorong Kemandirian Siswa
Dengan
akses langsung ke materi dan arahan guru, siswa belajar mengatur waktu dan
tanggung jawab mereka sendiri. Ini penting untuk membentuk karakter belajar
mandiri sejak dini.
5.
Menumbuhkan Literasi Digital
E-communication
secara tidak langsung melatih siswa untuk terbiasa menggunakan teknologi secara
produktif dan bertanggung jawab, sebuah keterampilan yang sangat relevan di
masa depan.
Peran Pemerintah dan Swasta
dalam Menjawab Kebutuhan Komunikasi Masyarakat Terpencil
1.
Kesenjangan Akses Teknologi
Tidak semua
siswa memiliki perangkat atau koneksi internet yang memadai. Nicholas Carr
(2010:22) memperingatkan bahwa “kesenjangan digital dapat memperburuk
ketimpangan sosial.” Sekolah dan pemerintah harus mencari solusi inklusif.
2.
Minimnya Interaksi Sosial Langsung
Ketergantungan
pada komunikasi digital bisa mengurangi kepekaan sosial dan interaksi emosional
antar siswa. Susan Cain (2012:102) mengingatkan pentingnya interaksi tatap muka
dalam membangun empati dan koneksi manusiawi.
3.
Risiko Keamanan dan Privasi
Penggunaan
teknologi membuka celah terhadap pencurian data atau penyalahgunaan informasi.
Bruce Schneier (2015:78) menegaskan bahwa keamanan digital harus menjadi
prioritas dalam sistem komunikasi sekolah.
4.
Gangguan Konsentrasi dan Ketergantungan
Kebebasan
akses internet bisa memicu distraksi, terutama jika siswa tergoda membuka media
sosial atau gim saat belajar. Cal Newport (2016:52) menyatakan bahwa “kecanduan
teknologi mengganggu kemampuan kita untuk berkonsentrasi.”
Peran
Guru dan Sekolah dalam Meningkatkan E-Communication
Guru bukan hanya sebagai penyampai
materi, tapi juga fasilitator komunikasi yang efektif. Penggunaan media
interaktif, forum diskusi, dan sistem umpan balik digital sangat membantu
meningkatkan keterlibatan siswa. Sekolah juga perlu memberikan pelatihan digital
kepada guru dan siswa untuk memastikan penggunaan yang tepat dan etis.
Media
Sosial sebagai Alat Komunikasi Edukatif
Media sosial seperti Instagram,
YouTube, dan TikTok kini mulai dimanfaatkan untuk tujuan edukasi. Malcolm
Gladwell (2010:89) mencatat bahwa “media sosial dapat menjadi alat luar biasa
untuk menyebarkan ide-ide baru.” Konten edukatif yang kreatif mampu menjangkau
siswa di luar ruang kelas dan menumbuhkan semangat belajar.
Membangun
Komunitas Sekolah Digital
E-communication memungkinkan
terbentuknya komunitas belajar yang lebih inklusif dan dinamis. Grup WhatsApp
kelas, forum diskusi, dan dashboard e-learning menciptakan ruang kolaborasi
yang mendukung siswa dari berbagai latar belakang. Ini memperkuat rasa kebersamaan
dan solidaritas dalam dunia pendidikan.
Kesimpulan
E-communication telah menjadi
jembatan digital yang menghubungkan seluruh elemen di sekolah guru, siswa, dan
orang tua dalam satu ekosistem pendidikan yang adaptif dan responsif. Meski
masih menghadapi berbagai tantangan, potensi positifnya sangat besar jika
dikelola dengan bijak.
Rekomendasi
1.
Pelatihan
Literasi Digital
Sekolah harus memberikan pelatihan tentang etika dan keamanan digital bagi
semua pihak.
2.
Infrastruktur
Teknologi yang Merata
Pemerintah perlu menjamin akses internet dan perangkat digital yang setara
untuk seluruh siswa.
3.
Pendampingan
Psikososial
Siswa perlu dibimbing agar tidak hanya cakap teknologi, tetapi juga tetap
memiliki kepekaan sosial.
4.
Pengawasan
Penggunaan Media Sosial
Sekolah dan orang tua perlu bekerja sama dalam membimbing penggunaan media
sosial agar tetap produktif.
Daftar Pustaka
Boyd, D. (2014). It’s
Complicated: The Social Lives of Networked Teens. Yale University Press.
Cain, S. (2012). Quiet: The
Power of Introverts in a World That Can’t Stop Talking. Crown Publishing.
Carr, N. (2010). The
Shallows: What the Internet Is Doing to Our Brains. W.W. Norton & Company.
Gladwell, M. (2010). The
Tipping Point. Little, Brown and Company.
Khan, S. (n.d.). Khan
Academy. [Online]. Available: https://www.khanacademy.org
Newport, C. (2016). Deep
Work. Grand Central Publishing.
Schneier, B. (2015). Data
and Goliath. W.W. Norton & Company.
Shirky, C. (2008). Here
Comes Everybody. Penguin Press.
Turkle, S. (2011). Alone
Together. Basic Books.