Peran Empati dan Mendengarkan Aktif dalam Komunikasi Interpersonal


PERAN EMPATI DAN MENDENGARKAN AKTIF DALAM KOMUNIKASI INTERPERSONAL

Wulan Putri

Bimbingan dan Konseling Pendidikan Islam, Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan, Institut Agama Islam Negeri Kerinci


Pengertian Komunikasi Interpersonal

Komunikasi interpersonal adalah proses mendasar yang menjadi landasan dari hubungan manusia. Dalam setiap interaksi, kita tidak hanya bertukar informasi, tetapi juga membangun pengertian, kepercayaan, dan hubungan emosional. Dua elemen yang krusial namun sering diabaikan dalam komunikasi adalah empati dan mendengarkan aktif. Tanpa keduanya, komunikasi dapat menjadi dangkal, penuh miskomunikasi, dan bahkan merusak hubungan.


Pengertian Empati dalam Komunikasi

Empati dalam konteks komunikasi interpersonal adalah kemampuan seseorang untuk memahami dan merasakan apa yang dialami oleh orang lain, baik secara emosional maupun kognitif. Daniel Goleman (1995), dalam bukunya Emotional Intelligence, menyebut empati sebagai salah satu komponen utama dari kecerdasan emosional yang memungkinkan seseorang merespons orang lain dengan tepat secara emosional.

Empati terbagi menjadi dua bentuk utama:

  • Empati kognitif, yaitu memahami perspektif orang lain secara rasional.
  • Empati emosional, yaitu merasakan secara emosional apa yang dirasakan oleh orang lain.

Dalam komunikasi, empati membantu seseorang untuk menjembatani perbedaan, menghargai sudut pandang orang lain, dan membangun koneksi yang lebih dalam.


Pengertian Mendengarkan Aktif dalam Komunikasi

Mendengarkan aktif (active listening) adalah keterampilan komunikasi yang mencakup perhatian penuh terhadap lawan bicara, baik dari sisi verbal maupun nonverbal. Carl Rogers, seorang psikolog humanistik, menekankan pentingnya mendengarkan sebagai bentuk penghargaan terhadap eksistensi dan pengalaman orang lain.

Komponen-Komponen Mendengarkan Aktif

  1. Perhatian Penuh (Full Attention) Mendengarkan dengan fokus tanpa terganggu oleh hal lain seperti ponsel, pikiran sendiri, atau lingkungan sekitar.
  2. Kontak Mata (Eye Contact) Menunjukkan bahwa kita hadir dan memperhatikan pembicara.
  3. Bahasa Tubuh yang Terbuka (Open Body Language) Postur tubuh yang terbuka, anggukan, atau ekspresi wajah yang sesuai membantu menunjukkan keterlibatan.
  4. Parafrase Mengulangi kembali apa yang dikatakan pembicara dengan kata-kata sendiri untuk menunjukkan pemahaman, misalnya: "Jadi, yang kamu maksud adalah...?"
  5. Refleksi Perasaan (Reflecting Emotions) Mengakui perasaan pembicara, misalnya: "Kedengarannya kamu sangat kecewa..."
  6. Pertanyaan Klarifikasi Mengajukan pertanyaan untuk memperjelas hal-hal yang belum dimengerti: "Apa yang kamu maksud dengan...?"
  7. Tidak Menyela Memberikan waktu kepada pembicara untuk menyampaikan semua yang ingin dikatakan tanpa interupsi.
  8. Umpan Balik yang Tepat Memberikan tanggapan yang relevan, bukan menghakimi atau mengalihkan pembicaraan.
  9. Empati Mampu merasakan dan memahami sudut pandang pembicara, serta menunjukkan kepedulian.
  10. Menghindari Penilaian Menerima pembicara tanpa langsung mengkritik atau menilai apa yang dikatakan.

Hubungan Simbiotik antara Empati dan Mendengarkan Aktif

Empati dan mendengarkan aktif saling memperkuat. Tanpa empati, mendengarkan hanya menjadi aktivitas pasif tanpa makna emosional. Tanpa mendengarkan aktif, empati tidak dapat disampaikan secara utuh. Keduanya membentuk jembatan yang menghubungkan perasaan dan pikiran dua individu dalam interaksi yang autentik.

Dalam konteks ini, empati memberi dasar motivasi untuk benar-benar mendengarkan, sementara mendengarkan aktif menjadi sarana untuk menunjukkan empati.


Dampak dalam Kehidupan Sehari-hari

Empati dan mendengarkan aktif memberikan berbagai manfaat, antara lain:

  1. Meningkatkan hubungan interpersonal: Baik dalam keluarga, pertemanan, maupun lingkungan kerja, keterampilan ini membantu memperkuat ikatan dan saling pengertian.
  2. Mengurangi konflik: Banyak konflik muncul karena miskomunikasi. Dengan mendengarkan secara aktif dan menunjukkan empati, potensi konflik dapat ditekan secara signifikan.
  3. Meningkatkan kepemimpinan dan kerja tim: Pemimpin yang mendengarkan dan berempati terhadap anggotanya cenderung lebih dipercaya dan dihormati.
  4. Mendukung kesehatan mental: Perasaan didengar dan dipahami terbukti dapat mengurangi stres dan meningkatkan kesejahteraan psikologis (APA, 2017).

Penerapan dalam Dunia Nyata

Dalam dunia profesional, misalnya dalam profesi konselor, dokter, guru, atau manajer, empati dan mendengarkan aktif bukan hanya keterampilan tambahan, tetapi inti dari keberhasilan hubungan kerja. Pelatihan keterampilan ini kini menjadi bagian penting dalam pengembangan soft skills di berbagai bidang.


Tantangan dan Cara Mengembangkan

Di era digital saat ini, kemampuan mendengarkan secara aktif dan berempati sering terpinggirkan akibat komunikasi yang serba cepat dan tidak langsung. Berikut beberapa cara untuk mengembangkan keduanya:

  1. Latih kesadaran diri (self-awareness).
  2. Praktik mindfulness untuk hadir penuh dalam setiap percakapan.
  3. Kurangi distraksi saat berkomunikasi.
  4. Gunakan pertanyaan terbuka untuk memahami lebih dalam.
  5. Refleksikan respons emosional dan bias pribadi.

Kesimpulan

Empati dan mendengarkan aktif merupakan keterampilan komunikasi yang esensial dalam membangun hubungan yang sehat, baik dalam kehidupan pribadi maupun profesional. Dengan mengembangkan empati, seseorang mampu memahami perasaan dan perspektif orang lain secara mendalam. Sementara itu, melalui mendengarkan aktif, komunikasi menjadi lebih efektif karena pendengar menunjukkan perhatian penuh, menghargai, dan merespons dengan tepat. Kombinasi keduanya menciptakan suasana dialog yang terbuka, saling percaya, dan penuh pengertian. Oleh karena itu, penting bagi setiap individu untuk melatih dan menerapkan empati serta mendengarkan aktif dalam kehidupan sehari-hari guna menciptakan hubungan yang lebih harmonis dan produktif.


Daftar Pustaka

Goleman, D. (1995). Emotional Intelligence. New York: Bantam Books. Rogers, C. (1957). The Necessary and Sufficient Conditions of Therapeutic Personality Change. Journal of Consulting Psychology, 21(2), 95–103. Gordon, T. (2000). Parent Effectiveness Training: The Proven Program for Raising Responsible Children. New York: Three Rivers Press. American Psychological Association. (2017). The Road to Resilience.

Please Select Embedded Mode For Blogger Comments

Lebih baru Lebih lama