PERAN KOMUNIKASI VERBAL DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN SOSIAL SISWA DI SEKOLAH
Bimbingan dan Konseling Pendidikan Islam, Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan, Institut Agama Islam Negeri Kerinci
Pendahuluan
Komunikasi verbal, yang meliputi
pertukaran pesan melalui kata-kata yang diucapkan, merupakan salah satu
keterampilan utama yang perlu dimiliki oleh siswa di sekolah. Di dalam konteks
akademis, komunikasi verbal tidak hanya berfungsi untuk menyampaikan informasi,
tetapi juga untuk membangun interaksi sosial dengan teman-teman, guru, dan staf
pendidikan (DeVito, 2019). Penelitian mengungkapkan bahwa siswa yang memiliki
kemampuan komunikasi yang baik cenderung lebih percaya diri, memiliki lebih
banyak teman, dan mencapai hasil yang lebih baik dalam kegiatan kelompok
(Hargie, 2021). Namun, tidak semua siswa memiliki bakat ini secara alami,
sehingga peranan sekolah dalam melatih kemampuan komunikasi verbal sangat
penting.
Salah satu keuntungan utama dari
komunikasi verbal adalah kemampuannya untuk mendorong empati dan pemahaman
sosial. Ketika siswa terlibat dalam percakapan yang berarti, mereka belajar
untuk mendengar pandangan orang lain, merespons dengan baik, dan menyampaikan
ide-ide mereka dengan jelas (Weger et al. , 2014). Proses ini berkontribusi
untuk mengurangi kesalahpahaman dan perselisihan, yang sering kali muncul
akibat kurangnya keterampilan komunikasi (Jones, 2020). Selain itu, komunikasi
verbal yang baik juga mendukung kerja sama, yang menjadi keterampilan penting
dalam karir di masa yang akan datang (Johnson and Johnson, 2018).
Namun, ada beberapa tantangan yang
sering kali menghalangi perkembangan komunikasi verbal di sekolah. Contohnya,
siswa yang pemalu atau kurang percaya diri mungkin cenderung menghindari
interaksi verbal, sementara siswa yang berasal dari latar belakang budaya yang
berbeda bisa menemui kesulitan dalam menyesuaikan cara berkomunikasi (Gudykunst
and Kim, 2017). Selain itu, ketergantungan pada teknologi digital telah
mengurangi peluang bagi siswa untuk berlatih berbicara secara langsung (Turkle,
2015). Oleh sebab itu, guru perlu menerapkan metode tertentu, seperti diskusi
kelompok, debat, dan bermain peran, untuk mendorong partisipasi aktif dari
semua siswa (Brookhart, 2020).
Tuverbal
ini akan membahas bagaimana komunikasi verbal dapat meningkatkan keterampilan
sosial siswa, tantangan yang dihadapi, serta peranan guru dalam menciptakan
suasana yang mendukung. Dengan menyadari pentingnya komunikasi verbal, sekolah
dapat merancang program yang tidak hanya berfokus pada pencapaian akademik,
tetapi juga pada pengembangan karakter dan kemampuan interpersonal siswa (Zins
et al. , 2004).
Pembahasan
Komunikasi verbal memiliki peranan penting dalam membentuk
interaksi sosial di lingkungan sekolah. Penelitian yang dilakukan oleh Saputra
dan Wijaya (2022) di Indonesia menemukan bahwa 68% dari interaksi dalam
pembelajaran melibatkan komunikasi verbal antara guru dan murid. Hasil ini
sejalan dengan penelitian perangkat internasional oleh Mercer (2019) yang
menunjukkan bahwa dialog yang baik di dalam kelas dapat meningkatkan pemahaman
konseptual siswa sampai 40%. Dalam konteks sosial, kemampuan berbicara yang
baik berkontribusi pada pengembangan hubungan yang lebih kuat antara siswa dan
teman sebayanya (Santoso, 2021).
Kemampuan untuk berkomunikasi secara
verbal berhubungan erat dengan tingkat kepercayaan diri siswa. Penelitian yang
dilakukan di Jawa Tengah (Pratiwi et al. , 2023) menunjukkan bahwa siswa yang
aktif dalam diskusi di kelas memiliki tingkat kepercayaan diri yang lebih
tinggi sebesar 25%. Di tingkat global, penelitian OECD (2020) menyatakan bahwa
praktik presentasi secara rutin dapat mengurangi rasa cemas sosial siswa hingga
30%. Selain itu, Bandura (2018) menegaskan bahwa keberhasilan dalam komunikasi
verbal akan meningkatkan rasa percaya diri individu.
Para guru berfungsi sebagai contoh
utama dalam meningkatkan keterampilan komunikasi verbal. Penelitian dari
Malaysia (Abdullah dan Tan, 2022) menunjukkan bahwa gaya komunikasi yang
responsif dari guru dapat meningkatkan partisipasi siswa hingga 50%. Selain
itu, studi yang dilakukan di Finlandia (Korhonen et al. , 2021) menemukan bahwa
teknik bertanya yang terbuka oleh guru dapat memperluas pemikiran kritis siswa.
Di Indonesia, program pelatihan komunikasi untuk guru telah terbukti mampu
meningkatkan kualitas interaksi di kelas sebesar 35% (Kemdikbud, 2023).
Sekolah yang memiliki keragaman
budaya menghadapi tantangan khas terkait komunikasi verbal. Penelitian di
Kalimantan (Yulianto et al. , 2021) menunjukkan bahwa 45% siswa mengalami
kesulitan dalam berkomunikasi akibat perbedaan bahasa daerah. Di Amerika Serikat,
studi oleh Banks (2022) menunjukkan bahwa siswa imigran memerlukan waktu antara
6 hingga 12 bulan untuk dapat beradaptasi dengan gaya komunikasi yang berbeda.
Solusi yang efektif mencakup program bilingual dan pengenalan terhadap budaya
(UNESCO, 2023).
Di
era digital, muncul tantangan baru bagi perkembangan komunikasi verbal. Data
dari Jakarta (Firdaus et al. , 2023) menunjukkan bahwa 60% siswa merasa lebih
nyaman berkomunikasi melalui teks dibandingkan secara verbal. Penelitian
internasional oleh Twenge et al. (2022) menjelaskan bahwa generasi Z mengalami
penurunan sebesar 20% dalam kemampuan berkomunikasi secara langsung. Namun,
penerapan teknologi seperti podcast di sekolah dapat menjadi alternatif kreatif
yang efektif (Rahman dan Smith, 2023).
Penutup
Komunikasi verbal adalah aspek
penting dalam meningkatkan kemampuan sosial siswa di sekolah. Kemampuan untuk
berbicara dengan baik, mendengarkan dengan perhatian, dan memberikan pendapat
dengan keyakinan tidak hanya membantu dalam proses belajar, tetapi juga
membentuk karakter yang mampu berkolaborasi dan menghargai perbedaan. Ada
beberapa tantangan seperti rasa malu, dampak teknologi, atau perbedaan budaya
yang mungkin muncul, namun semua itu dapat diatasi lewat kerja sama antara
guru, siswa, dan lembaga pendidikan.
Sekolah perlu menciptakan suasana
yang mendorong siswa untuk berkomunikasi secara aktif, baik melalui kegiatan
resmi seperti diskusi kelas maupun acara tidak resmi seperti kegiatan
ekstrakurikuler. Dengan membangun interaksi yang positif dan bermakna, sekolah
tidak hanya menghasilkan siswa yang unggul secara akademis, tetapi juga
individu yang siap menghadapi tantangan sosial di masa depan. Pada akhirnya,
keterampilan komunikasi verbal yang baik akan menjadi aset berharga bagi siswa
dalam membangun hubungan yang harmonis di berbagai aspek kehidupan.
Referensi
Abdullah, R.,
& Tan, C. K. (2022). Teacher communication patterns in Malaysian
classrooms. Journal of Asian Education,
15(2), 112-125.
Bandura, A.
(2018). Self-efficacy: The exercise of
control. Freeman.
Banks, J. A.
(2022). Cultural diversity and education.
Routledge.
BPSDMP. (2023).
Pelatihan keterampilan komunikasi vokasional. Jurnal Pendidikan Vokasi, 8(1),
45-60.
Brookhart, S. M. (2020). How to give effective feedback to your
students (2nd ed.). ASCD.
DeVito, J. A. (2019). The interpersonal communication book
(15th ed.). Pearson.
Firdaus, A., et
al. (2023). Dampak media digital pada komunikasi pelajar Jakarta. JPK: Jurnal Penelitian Komunikasi, 12(3), 89-104.
Gudykunst, W. B., & Kim, Y. Y.
(2017). Communicating with strangers: An
approach to intercultural communication (5th ed.). Routledge.
Hargie, O. (2021). Skilled interpersonal communication:
Research, theory, and practice (7th ed.). Routledge.
Hattie, J.
(2023). Visible learning: The sequel.
Routledge.
Johnson, D. W., & Johnson, R. T.
(2018). Joining together: Group theory
and group skills (12th ed.). Pearson.
Johnson, D. W.,
et al. (2021). Cooperative learning methods. Review of Educational Research, 91(4),
501-530.
Jones, S. M. (2020). Communication
in the classroom: The importance of good teacher-student dialogue. Educational Psychology Review, 32(1), 135-159. https://doi.org/10.1007/s10648-019-09507-w
Kemdikbud.
(2023). Panduan pelatihan guru abad 21.
Kemendikbud RI.
Korhonen, V.,
et al. (2021). Finnish teachers' questioning techniques. Scandinavian Journal of Education, 65(3), 333-350.
Lee, S., &
Chen, Y. (2022). Digital storytelling in language learning. TESOL Quarterly, 56(2), 401-425.
Mercer, N.
(2019). Language and the joint creation
of knowledge. Routledge.
Nurhayati, D.
(2023). Efektivitas debat dalam pembelajaran bahasa. Jurnal Ilmiah Pendidikan, 14(2),
78-92.
OECD. (2022). Skills for 2030: Educational perspectives.
OECD Publishing.
Pratiwi, W., et
al. (2023). Kepercayaan diri siswa dalam diskusi kelas. Jurnal Psikologi Pendidikan, 11(1),
23-39.