Pengaruh Atraksi Interpersonal terhadap Keberhasilan Konseling

 


PENGARUH ATRAKSI INTERPERSONAL TERHADAP KEBERHASILAN KONSELING 

Diva Adzra Yussinia

Bimbingan dan Konseling Pendidikan Islam, Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan, Institut Agama Islam Negeri Kerinci

 

Atraksi Interpersonal

Kata "atraksi" berasal dari bahasa Latin attrahere-ad yang berarti “menuju” dan trahere yang berarti “menarik”. Menurut J.P. Chaplin (2008) dalam Patricia Minarsih Nggie, atraksi merujuk pada suatu hal yang memiliki sifat-sifat tertentu yang mampu memicu perilaku mendekat terhadap sumber rangsangan (perilaku adient). Sementara itu, Lahey (2012) mendefinisikan atraksi interpersonal sebagai ketertarikan terhadap peran yang dijalankan oleh guru dan siswa dalam konteks pendidikan, yang meliputi pengajaran, pemberian nasihat, dukungan, dan juga dalam menyelesaikan masalah pribadi.

Atraksi interpersonal menjadi landasan awal terjadinya komunikasi interpersonal. Ketika seseorang merasa tertarik kepada orang lain, kecenderungan untuk melakukan komunikasi dengan orang tersebut pun meningkat. Rasa suka, sikap positif, dan daya tarik seseorang adalah elemen-elemen utama dari atraksi interpersonal (Ridwandi, 2013, hlm. 65). Atraksi ini mempengaruhi komunikasi interpersonal dalam dua aspek utama: cara pesan ditafsirkan dan bagaimana efektivitas komunikasi dinilai.

Penilaian kita terhadap orang lain tidak hanya dipengaruhi oleh pertimbangan rasional, tetapi juga oleh emosi. Ketika kita menyukai seseorang, kita cenderung melihat segala sesuatu yang berkaitan dengannya secara positif. Sebaliknya, rasa tidak suka akan membuat kita melihat hal-hal yang berhubungan dengan orang tersebut secara negatif. Komunikasi interpersonal dapat dianggap efektif apabila interaksi yang terjadi memberikan pengalaman yang menyenangkan bagi para pelakunya. Jika kita berada dalam kelompok yang memiliki kesamaan dengan kita, kita akan merasa senang dan lebih terbuka. Namun, jika berada di antara orang-orang yang tidak kita sukai, kita akan merasa tertekan, cemas, dan tidak nyaman, bahkan cenderung menutup diri dan menghindari komunikasi.

Teori Atraksi Interpersonal

1.     Teori Penguatan (Reinforcement Theory)

 Teori ini menyatakan bahwa ketertarikan seseorang terhadap orang lain terbentuk melalui proses belajar berdasarkan pengalaman yang menyenangkan atau menguntungkan.

2.     Teori Keseimbangan (Equity Theory)

Teori ini berpendapat bahwa dalam suatu hubungan, individu cenderung menjaga keseimbangan antara usaha atau pengorbanan yang dilakukan dengan imbalan atau manfaat yang diperoleh.

3.     Teori Pertukaran (Exchange Theory)

Menurut teori ini, interaksi sosial dipandang seperti transaksi ekonomi. Seseorang akan lebih menyukai orang lain yang memberikan keuntungan baik secara psikologis maupun material.

4.     Teori Kehilangan-Keuntungan (Gain-Loss Theory)

Teori ini menyatakan bahwa individu cenderung lebih tertarik kepada orang yang memberikan keuntungan dibandingkan dengan mereka yang menimbulkan kerugian.

Pengaruh Atraksi Interpersonal terhadap Hubungan Konseling

Berbagai studi menunjukkan bahwa atraksi interpersonal memiliki dampak langsung terhadap kualitas hubungan terapeutik dalam konseling. Klien yang merasa nyaman dan terhubung secara emosional dengan konselor cenderung lebih terbuka, jujur, dan berkomitmen dalam proses konseling. Ketertarikan ini juga dapat mengurangi resistensi, mempercepat tercapainya tujuan konseling, serta meningkatkan kepuasan terhadap layanan yang diterima.

Atraksi interpersonal merujuk pada rasa ketertarikan yang dirasakan seseorang terhadap orang lain, yang dapat membentuk hubungan positif. Dalam konteks konseling, hal ini melibatkan persepsi terhadap kepribadian, gaya komunikasi, serta empati yang ditunjukkan oleh konselor. Ketertarikan ini berperan penting dalam membangun rasa percaya dan kedekatan emosional antara klien dan konselor.

Sebaliknya, apabila hubungan konseling minim atraksi interpersonal, dapat muncul hambatan dalam komunikasi, menurunnya motivasi klien untuk berubah, hingga berpotensi mengganggu keberhasilan pencapaian tujuan konseling. Oleh karena itu, memahami peran atraksi interpersonal menjadi aspek penting dalam meningkatkan kualitas hubungan terapeutik dan mendukung keberhasilan proses konseling secara menyeluruh.

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Atraksi Interpersonal

1.     Empati

Konselor yang memiliki kemampuan untuk memahami dan merasakan emosi klien secara tulus akan lebih mudah membangun kedekatan emosional dan hubungan yang kuat.

2.     Kesamaan Nilai atau Latar Belakang

Klien cenderung merasa lebih nyaman dan mudah terhubung dengan konselor yang memiliki kesamaan, baik dari aspek budaya, pengalaman hidup, maupun pandangan. Berdasarkan teori cognitive consistency dan pemikiran Fritze Heider dalam Halaluddin Rakhmat (2011), manusia secara alami berusaha menjaga keselarasan antara sikap dan perilakunya. Penelitian oleh Reader dan English menunjukkan bahwa individu yang memiliki hubungan pertemanan umumnya menunjukkan kemiripan dalam ciri-ciri kepribadian mereka.

3.     Komunikasi yang Efektif

Gaya komunikasi yang terbuka, lugas, dan mendukung akan meningkatkan rasa percaya klien terhadap konselor, sehingga memperkuat hubungan interpersonal yang terjalin.

4.     Penampilan dan Sikap Profesional

Penampilan yang rapi serta sikap konselor yang sopan dan menghormati klien dapat menciptakan kesan positif sejak awal pertemuan dan memperkuat ikatan yang terbangun.

5.     Kondisi Emosional atau Stres

Individu yang sedang mengalami tekanan emosional atau kecemasan sering kali membutuhkan kehadiran orang lain yang dapat memberikan rasa aman dan kenyamanan, sehingga membentuk ketertarikan interpersonal yang lebih kuat.

Definisi dan Dimensi Atraksi Interpersonal

Atraksi interpersonal merupakan ketertarikan seseorang terhadap individu lain yang terbentuk melalui beberapa aspek. Secara umum, atraksi ini terdiri dari tiga dimensi utama:

1.     Atraksi Fisik

Walaupun kurang berperan dalam konteks hubungan profesional, daya tarik fisik tetap berpengaruh dalam membentuk persepsi awal terhadap seseorang.

2.     Atraksi Sosial

Mengacu pada seberapa menyenangkannya seseorang untuk diajak berinteraksi, termasuk kemampuan menjalin hubungan sosial yang positif.

3.     Atraksi Tugas

Berkaitan dengan pandangan terhadap kompetensi, keterampilan, dan kapabilitas seseorang dalam menyelesaikan tugas atau tanggung jawab tertentu.

Kesimpulan

Atraksi interpersonal merupakan komponen penting dalam membentuk aliansi terapeutik yang kuat dan mendukung keberhasilan proses konseling. Kualitas hubungan ini dapat meningkatkan kepercayaan, keterlibatan, dan respon positif seorang klien terhadap intervensi yang diberikan. Konselor yang memiliki kesadaran interpersonal yang tinggi serta mampu menunjukkan empati dan keaslian, akan lebih berhasil dalam menciptakan hubungan terapeutik yang bermakna dan efektif.

DAFTAR PUSTAKA

Al Kautsar, Syifa Nabila, and Poppy Febriana. "ANALISIS ATRAKSI INTERPERSONAL MAHASISWA PENGGUNA APLIKASI TINDER." Jurnal Ranah Komunikasi (JRK) 6.2 (2022): 120-128.

Anggraeni, Puspita. "Hubungan antara persepsi terhadap tugas akademik dan atraksi interpersonal siswa terhadap guru dengan regulasi diri siswa program olimpiade sains nasional (osn) sma negeri 10 samarinda." Psikoborneo: Jurnal Ilmiah Psikologi 2.4 (2014).

Corey, G. (2009). Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi (Edisi ke-7, Alih bahasa: E. Kusdianto). Jakarta: Refika Aditama.

Egan, G. (2010). Keterampilan Dasar dalam Membantu (The Skilled Helper). Jakarta: Gramedia.

Mutmainah, L. (2017). Hubungan antara Kepercayaan Klien terhadap Konselor dengan Keberhasilan Konseling di Layanan Bimbingan Konseling Sekolah. Jurnal Konseling Indonesia, 5(2), 123–132.

Nurihsan, A. J., & Yuliana, H. (2015). Pengantar Bimbingan dan Konseling. Bandung: UPI Press.

Nggie, Patricia Minarsih. "Hubungan Atraksi Interpersonal Siswa Terhadap Guru dan Manajemen Waktu dengan Motivasi Belajar Pada Siswa." Psikoborneo: Jurnal Ilmiah Psikologi 4.4 (2016).

Prayitno. (2011). Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Rineka Cipta.

Sukardi. (2018). Psikologi Konseling. Yogyakarta: Deepublish.

Virdayani, Sinta. "PERAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL GURU BIMBINGAN KONSELING DALAM MEMOTIVASI SISWA MASUK PERGURUAN TINGGI (Studi Pada Siswa SMAN 1 Bukit Kemuning, Kabupaten Lampung Utara)." INTERCODE 4.2 (2024).

Widiarti, Pratiwi Wahyu. "Konsep diri (self concept) dan komunikasi interpersonal dalam pendampingan pada siswa SMP se kota Yogyakarta." Informasi 47.1 (2017): 135-148.

Yusuf, S. (2009). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Please Select Embedded Mode For Blogger Comments

أحدث أقدم